Archive for Oktober 2009

Contoh Penulisan Daftar Pustaka


.

DAFTAR PUSTAKA

International Organization for Standardization. 1988. Documentation – Bibliographic references, content form and structure : ISO 690-1987. In Documentation and information : ISO standards handbook 1. 3rd ed., 436-447. Geneva: International Organization for Standardization.


Sri Purnomowati, dan Rini Yuliastuti. 1997. Kajian sistem penulisan tinjauan literatur terbitan PDII-LIPI. Jakarta : Sub Bidang Pengkajian Informasi Ilmiah – Bidang Pengembangan Informasi Ilmiah PDII-LIPI. (Tidak dipublikasikan)


Style Manual Committee Council of Biology Editors. 1994. Scientific style and format: The CBE manual for authors, editors, and publish¬er. 6th ed. New York: Cambridge University Press.


Turabian, Kate L. 1987. A manual for writers: Term papers, theses, and dissertation. 5th ed. Chicago : The University of Chica¬go Press.


The University of Chicago Press. 1982. The Chicago manual of style. 13th ed. Chicago: The Universi¬ty of Chicago Press.


Wilkinson, Antoinette Miele. 1991. The scientist’s handbook for writing papers and dissertation. New Jersey: Prentise Hall.


sumber : http://www.slingfile.com/file/41Q8wrmwkB

Contoh Penulisan Sitasi


.

Cara Penulisan Sitasi

SISTEM PENULISAN

Secara garis besar, sistem penulisan sitasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Sistem Pengarang-Tahun (Sistem Nama-Tahun); 2. Sistem Numerik (Sistem Urutan); dan 3. Sistem Catatan. Sistem Pengarang-Tahun sering dikenal dengan nama sistem Harvard, banyak digunakan dalam penulisan di bidang ilmu biologi, fisika, ilmu sosial dan kemanusian, juga disarankan untuk penulisan di bidang ilmu pengetahuan alam. Sistem Numerik banyak digunakan dalam ilmu kedokteran dan tulisan-tulisan sejenis tinjauan literatur yang memuat banyak sitasi, sementara sistem Catatan banyak digunakan di bidang ilmu kemanusiaan. Diantara ketiga sistem tersebut, sistem Pengarang-Tahun dan sistem Numerik paling banyak dipakai dalam penulisan tinjauan literatur. Oleh karena itu, tulisan ini hanya membahas kedua sistem tersebut.

SISTEM PENGARANG-TAHUN
Ciri-ciri
• Sitasi dalam teks dinyatakan dalam bentuk nama pengarang dan tahun terbit dokumen yang disitir yang ditempatkan di dalam tanda kurung. Antara nama pengarang dan tahun terbit dipisahkan dengan spasi atau tanda koma (bervariasi tergantung buku panduan).
• Nama pengarang pada sitasi/referensi dinyatakan dengan nama keluarga.
• Daftar referensi disusun sesuai dengan urutan abjad nama pengarang
• Urutan data bibliografi dalam referensi adalah: Nama pengarang, tahun terbit, judul, informasi lain kecuali tahun terbit.
Kelebihan
• Jika akan menambah atau menghapus referensi, penulis tidak perlu merubah keseluruhan urutan dalam daftar referensi.
• Pembaca dapat mengidentifikasi dokumen yang disitir tanpa melihat ke dalam daftar referensi.
• Tahun terbit dokumen dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan perkembangan konsep dan metode yang sedang dibahas secara kronologis.
• Nama pengarang yang disitir tampil dalam teks.
Kelemahan
• Pada teks yang memuat banyak sitasi atau nama pengarang/lembaga yang terlalu panjang, maka panjangnya sitasi dapat mengganggu keterbacaan teks.
• Aturan pada sistem pengarang-tahun lebih rumit dibanding sistem numerik, misalnya tentang urutan sitasi, tanda baca antara sitasi, dan urutan abjad pengarang pada daftar referensi.
Cara Penyajian
Ada 2 macam cara penyajian sitasi sistem Pengarang-Tahun, yaitu :
• Nama pengarang merupakan bagian dari kalimat. Dalam hal ini, tahun terbit diletakkan di dalam tanda kurung. Contoh :
Wynken (1988) believe that………..
• Nama pengarang bukan merupakan bagian dari kalimat. Dalam hal ini, nama pengarang dan tahun terbit diletakkan di dalam tanda kurung. Contoh:
……and the most recent work (Dawson 1997) has shown a…

SISTEM NUMERIK
Ciri-ciri :
• Sitasi dalam teks dinyatakan dalam bentuk nomor (angka) yang ditempatkan di dalam tanda kurung atau di atas garis (superscript).
• Urutan nomor sitasi disusun berdasarkan urutan munculnya sitasi dalam teks.
• Daftar referensi disusun sesuai dengan nomor urut sitasi
• Urutan data bibliografi dalam referensi adalah: Nama pengarang, judul, informasi lain termasuk tahun terbit.
Kelebihan
• Keterbacaan teks tidak banyak mengalami gangguan
• Lebih praktis digunakan untuk teks yang memuat banyak sitasi dan secara terus menerus seperti tinjauan literatur.
• Menghemat ruang, kertas dan biaya.
Kekurangan
• Pembaca harus melihat daftar referensi jika ingin tahu karya siapakah yang disitir, karena sitasi dalam teks tidak memberikan informasi tentang hal itu.
• Jika penulis akan menambah atau menghapus referensi, maka keseluruhan urutan nomor referensi harus diubah.
• Nama pengarang kurang terlihat karena tidak muncul dalam teks.
Cara penyajian
• Ukuran huruf yang digunakan untuk nomor sitasi umumnya lebih kecil dari huruf pada teks.
• Nomor sitasi yang tidak berurutan dipisahkan dengan tanda koma tanpa spasi
• Nomor sitasi yang berurutan lebih dari dua nomor, cukup menuliskan nomor awal dan nomor akhir sitasi dan dipisahkan dengan tanda hubung. Jika hanya ada dua nomor, cukup dipisahkan dengan tanda koma.

CARA PENULISAN SITASI
Perbedaan cara penulisan sitasi pada sistem Pengarang-Tahun dapat dilihat pada Tabel 1, dan perbedaan cara penulisan sitasi pada sistem Numerik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1
Penulisan Sitasi pada Sistem Pengarang-Tahun
Kategori Pengarang Panduan Penulisan Sitasi
1 Pengarang CBE (Smith 1986)
Chicago (Smith 1986)
Turabian (Smith 1986)
Wilkinson (Smith, 1986)
ISO (Smith, 1986)
1 Pengarang 2 karya CBE (Smith 1986, 1988)
Chicago (Smith 1986, 1988)
Turabian (Smith 1986, 1988)
Wilkinson (Smith, 1986, 1988)
1 Pengarang 2 karya tahun sama CBE (Smith 1986a, 1986b)
Chicago (Smith 1986a, 1986b)
Turabian (Smith 1986a, 1986b)
Wilkinson (Smith, 1986a, b)
2 Pengarang CBE (Smith and Dawson 1987)
Chicago (Smith and Dawson 1987)
Turabian (Smith and Dawson 1987)
Wilkinson (Smith & Dawson, 1987)
3 Pengarang CBE (Smith, Jones, and others 1990)
Chicago (Smith, Jones, and Brown 1990)
Turabian (Smith, Jones, and Brown 1990)
Wilkinson (Smith, Jones, and Brown, 1990)
ISO (Smith et al., 1987)
>3Pengarang CBE (Smith and others 1987)
Chicago (Smith et al. 1987)
Turabian (Smith et al. 1987)
Wilkinson (Smith et al., 1987)
ISO (Smith et al., 1987)
Beberapa karya CBE (Dawson and Briggs 1974; Smith 1986; Brown 1987)
Chicago (Dawson and Briggs 1974; Smith 1986; Brown 1987)
Turabian (Dawson and Briggs 1974; Smith 1986; Brown 1987)
Wilkinson (Dawson & Briggs, 1974; Smith, 1986; Brown, 1987)

Dari data-data tersebut di atas dapat diketahui bahwa perbedaan sistem penu-lisan sitasi pada sistem Pengarang-Tahun dari 5 panduan tersebut terletak pada:
• Penggunaan tanda baca (koma) diantara nama pengarang dengan tahun terbit dokumen.
• Penggunaan simbol & sebagai pengganti “and”
• Penggunaan istilah “and others” dengan “et al.”
• Penggunaan singkatan huruf untuk menuliskan 2 karya pengarang dengan tahun terbit yang sama.
Tabel 2
Penulisan Sitasi pada Sistem Numerik

Kategori Pengarang
Panduan Penulisan Sitasi
1 Karya CBE has been shown1 .....
Wilkinson has been shown1 to..
has been shown (1) to...
has been shown [1] to...
ISO has been shown (1)……
Beberapa karya CBE have been shown1,2,5,7 9...
Wilkinson studied by many workers.1,3,17
studied by many workwers (1, 3, 5).
studied by many workwers [1 10].
studied by many workwers [1] [10].

Dari data di atas terlihat bahwa penulisan sitasi dalam teks dengan sistem Numerik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: menuliskan nomor/angka di atas garis (superscript), atau menempatkannya di dalam kurung ataupun kurung siku.


Sumber : http://www.slingfile.com/file/41Q8wrmwkB

Contoh Skripsi beserta Latar Belakang Masalah


.

KONSEP MUSIK SPIRITUAL (AS-SAMA‘) MENURUT ABU HAMID AL-GAZALI


A. Latar Belakang Masalah

Salah satu ajaran tasawuf yang paling penting adalah penyucian jiwa. Penyucian jiwa itu ada kalanya dilakukan para sufi dengan as-sama‘, yaitu mendengarkan musik yang indah sebagai alat purifikasi. Musik adalah sarana penyucian jiwa dan pengenalan unsur rohani dari diri seseorang. Musik tidak hanya menyentuh, tetapi meresap dan merasuk jiwa dan hati pendengarnya.
Menurut Ihwan as-Şafa,
kelompok penulis abad sepuluh dan sebelas, jiwa manusia akan terangkat tinggi menjulang ke alam ruhani ketika ia mendengar melodi indah. Musik merupakan kesenian yang keindahannya dapat dinikmati melalui indera pendengaran dan telah ada sejak zaman sebelum datangnya Islam. Di Arab, musik dinikmati dengan berbagai macam cara, sesuai dengan suasana hati para penikmatnya. Tetapi pada saat itu, mayoritas musik digunakan untuk bersenang-senang dan hura-hura. Di tempat pertunjukan musik, mereka menari-nari dalam keadaan mabuk menikmati lagu-lagu yang dilantunkan oleh para pemusik yang kesemuanya adalah wanita hamba sahaya. Tidak ada pemusik laki-laki atau orang merdeka, karena bagi mereka menjadi pemusik dianggap sebagai aib bagi orang merdeka dan kaum laki-laki.
Dalam sejarah peradaban manusia, belum ditemukan suatu kaum yang meninggalkan musik.
5 Musik berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Musik dimiliki oleh setiap masyarakat, dan setiap anggota masyarakat adalah “musikal”.
Saat ini, perkembangan musik secara umum sangat pesat dan sangat manggiurkan generasi muda. Banyak sekali bermunculan aliran musik yang berbeda-beda; rock, heavy metal, reggae, jazz, pop, hip metal, hip hop, R&B dan lain-lain. Musik semacam ini ada juga yang syairnya bertema kriminal, pemujaan terhadap obat-obatan terlarang, kebebasan seksual, serta pengkultusan perilaku bunuh diri dan keputus-asaan. Ada pula yang secara terang-terangan memproklamirkan anti Tuhan.
7 Musik juga telah menjadi sebuah industri untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Seperti yang terjadi di Barat yang telah memiliki pasar di dunia internasional. Musik kembali menjadi sesuatu yang identik dengan perbuaatan-perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah. Sekarang tidak sulit menemukan sajian musik yang digunakan untuk menari erotis, melupakan norma-norma masyarakat dan hanya menuruti hawa nafsu. Penelitian yang dilakukan terhadap permainan musik oleh 208 orang musisi profesional pada tiga buah orkestra membuktikan bahwa musik zaman sekarang memiliki pengaruh buruk atas kesehatan pemain. Gejala sindrom tersebut terjadi karena musik modern yang dimainkan bertentangan dengan pakem musik yang pernah mereka pelajari. Musik zaman sekarang janggal ditelinga dan sering menimbulkan kegelisahan, kemarahan, sakit kepala, sering murung dan lain-lain.
Agama sebagai salah satu tanda perkembangan peradaban manusia, memiliki hubungan yang nyata dengan musik. Dalam agama Kristen, musik dikenal sebagai salah satu bagian penting untuk melaksanakan ritual-ritual keagamaan. John Chrysostom, seorang pemuka agama Kristen yang hidup pada abad keempat setelah masehi mengatakan: “Tiada sesuatu, selain aransemen musik dan nyanyian agama, yang dapat meninggikan derajat akal, memberinya sayap untuk meninggalkan bumi dan melepaskannya dari belenggu jasmani serta menghiasinya dengan rasa cinta kepada kearifan.
Penganut agama Hindu di India meyakini bahwa awal kehidupan adalah ruh, dengan itu maka ilmu pengetahuan, kesenian (termasuk musik), filsafat dan kebatinan diarahkan untuk satu tujuan yang sama, yaitu kehidupan spiritual. Musik Kuno India, merupakan salah satu budaya yang diwariskan secara turun temurun oleh pemeluk agama Hindu.

Perjalanan sejarah kebudayaan Islam mengantarkan perkembangan musik ke arah musik yang bercorak Islam. Perkembangan musik dalam budaya Islam sendiri juga beragam. Ada musik yang disebut
musik sufi, ada musik yang biasa ditampilkan untuk hadirin di sebuah pengajian atau majelis ta‘lim, ada juga musik Islamiyang menembus dunia industri, seperti kelompok nasyid Snada, Raihan dan lain-lain.
Dari deskripsi singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa musik dapat digunakan manusia untuk berbagai macam tujuan. Dari tujuan untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan, sekedar hiburan, untuk mencari uang, bahkan ada juga orang menggunakan musik untuk pemenuhan hawa nafsu yang menyebabkan manusia lupa akan dirinya sebagai makhluk Tuhan. Hal inilah yang mengundang permasalahan dalam masyarakat muslim masa kini.
Permasalahan ini diawali dengan pertanyaan ; “bagaimanakah hukum musik menurut Islam ?”.Pertanyaan itu menimbulkan sikap yang berbeda-beda dari orang Islam. Sebagian membuka telinganya lebar-lebar terhadap setiap lagu dan warna musik, dengan alasan bahwa mendengar musik itu sesuatu yang indah dan baik bagi hamba Allah dan Allah membolehkannya. Sebagian lagi menutup telinganya dengan rapat setiap mendengar musik, karena menurut mereka musik atau lagu adalah seruling setan dan menghalangi manusia ber
żikir kepada Allah dan mengerjakan shalat. Apalagi yang didengar itu adalah suara perempuan, karena suara perempuan dengan tidak menyanyi saja adalah aurat. Merekapun mengeluarkan dalil-dalil dari ayat-ayat al-Qur’an, hadiś-hadiś dan pendapat ulama’ untuk memperkuat pendapat mereka. Bahkan sebagian dari mereka juga ada yang mengharamkan segala bentuk musik, meskipun musik itu hanya sekedar ilustrasi siaran berita di televisi.
Banyak dari ahli fiqih yang mengharamkan musik mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh musik sebagai alasan keharamannya. Mereka menyebut kebiasaan-kebiasaan jelek yang biasa diringi musik, dan musik lebih memiliki keburukan daripada kebaikannya, jadi musik itu jelek. Mereka juga menambahkan, bahwa sya’ir dan musik dapat mengurangi gairah jiwa untuk melakukan tugas-tugas keagamaan, bahkan bisa mendorong manusia untuk mencari kepuasan-kepuasan di luar Islam, misalnya mabukmabukan dengan minuman keras.


B. Pokok Masalah

Penelitian dilakukan berdasarkan persepsi yang menghasilkan suatu masalah, tidak berawal dari kekosongan. Dari uraian diatas, maka perumusan masalah yang akan kita kaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemikiran Abu Hamid Al-Gazali tentang
as-sama‘
2. Bagaimana implementasi konsep pemikiran Abu Hamid Al-Gazali tentang as-sama‘ dalam masyarakat



sumber : http://idb4.wikispaces.com/file/view/uf4003.1.pdf


Contoh Skripsi beserta Batasan Masalahnya


.

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN BAHASA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DI KELAS V SDN JATISURA I KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA



1. Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan pada tanggal 30 Januari 2009, penulis menemukan beberapa permasalahan mendasar yang menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan menulis puisi di kelas V SDN Jatisura I.
Permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Permasalahan yang pertama adalah hampir sebagian besar siswa kelas V SDN Jatisura I kesulitan untuk menulis puisi dengan bahasanya sendir, kata-katanya sendiri atau pun gagasannya sendiri, karena guru langsung memberikan contoh puisi dan menyuruh siswa untuk menuliskan contoh puisi tersebut tanpa memberikan kesempatan pada siswa untuk menulis puisi dengan kemampuannya sendiri atau dengan kata-katanya sendiri, bahasanya sendiri, atau pun dengan gagasannya sendiri. Padahal puisi akan lebih indah apabila ditulis dengan kata-kata sendiri, kemampuannya sendiri, atau pun dengan gagasannya sendiri.
Permasalahan yang kedua, siswa kesulitan menentukan tema sebuah puisi.
Permasalahan yang ketiga adalah siswa kelas V SDN Jatisura I mendapat kesulitan menggunakan kata-kata (kosakata) untuk dituangkan ke dalam sebuah puisi yang ingin mereka tulis.
Masalah umum penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan desain pembelajaran menulis puisi dengan teknik Permainan Bahasa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN Jatisura I?
2. Apakah pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik Permainan Bahasa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SDN Jatisura I?

2. Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan yang dirumuskan di atas, maka suatu model dituntut untuk dapat mengakibatkan siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran menulis puisi. Alternatif yang akan dikembangkan adalah dengan menggunakan teknik Permainan Bahasa. Menurut Soeparno (1998:60) pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan. Dengan teknik Permainan Bahasa siswa akan aktif dalam membuat kalimat hingga mampu mengembangkan menjadi sebuah puisi.
Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam teknik Permainan Bahasa yaitu sebagai berikut; perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam perencanaan guru mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang menyenangkan, guru mengecek kehadiran siswa dan guru mengadakan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman yang menarik dan menyenangkan yang pernah mereka alami. Pada proses pelaksanaan guru memberikan penjelasan tentang puisi dan cara-cara membuat puisi yang menyenangkan dengan kemampuan mereka sendiri, guru menuliskan sebagian puisi secara langsung dengan kata-kata sendiri guna untuk merangsang kemampuan berbahasa mereka lalu guru bersama siswa melengkapi puisi tersebut dengan kata-kata yang mereka kuasai sesuai dengan teknik.
Permainan Bahasa yang telah dijelaskan, setelah itu guru memberikan kesempatan pada siswa dengan berkelompok untuk membuat puisi dengan katakatanya sendiri sesuai dengan teknik yang telah diberikan oleh guru. Sedangkan pada proses evaluasi guru menilai ketepatan penentuan tema dengan puisi yang telah dibuat, guru menilai penggunaan kata-kata, sesuai atau saling berkaitan atau tidaknya kata-kata tersebut dengan tema yang ingin disampaikan oleh siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “ jika pembelajaran menulis puisi dilaksanakan dengan teknik permainan bahasa, maka kemampuan menulis puisi pada kelas V SDN Jatisura I akan meningkat”

3. Batasan Masalah

1. Teknik Permainan Bahasa adalah suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.

2. Meningkatkan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperbaiki yang sudah ada.

3. Kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan, kecakapan.

4. Menulis puisi adalah mengekspresikan pengalaman batin mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa tulis yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.



sumber : http://kd-sumedang.upi.edu/berkas/proposal/PENERAPAN%20TEKNIK%20PERMAINAN%20BAHASA%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20KEMAMPUAN%20MENULIS%20PUISI%20DI%20KELAS%20V%20SDN%20JATISURA%20I%20KECAMATAN%20JATIWANGI%20KABUPATEN%20MAJALENGKA.pdf

Contoh Proposal Skripsi


.

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA

PADA CITRA DIGITAL

(PROPOSAL SKRIPSI)




diajukan oleh

Nama Mhs : XXX

NIM: XX.YY.ZZZ

Kepada

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

STMIK STIKOM BALIKPAPAN
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul

SISTEM PENDETEKSI

WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL

yang diajukan oleh

NamaMhs

NIM: XX.YY.ZZZ

telah disetujui oleh Jurusan Teknik Informatika STIKOM Balikpapan dengan dosen pembimbing:

1. …………………………………………………………….

2. …………………………………………………………….

Balikpapan, tanggal……………………

Ketua Jurusan Teknik Informatika

Setyo Nugroho, ST, MKom


IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSI

WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL

1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini teknologi pengenalan wajah semakin banyak diaplikasikan, antara lain untuk sistem pengenalan biometrik (yang dapat juga dikombinasikan dengan fitur biometrik yang lain seperti sidik jari dan suara), sistem pencarian dan pengindeksan pada database citra digital dan database video digital, sistem keamanan kontrol akses area terbatas, konferensi video, dan interaksi manusia dengan komputer.

Dalam bidang penelitian pemrosesan wajah (face processing), pendeteksian wajah manusia (face detection) adalah salah satu tahap awal yang sangat penting di dalam proses pengenalan wajah (face recognition). Sistem pengenalan wajah digunakan untuk membandingkan satu citra wajah masukan dengan suatu database wajah dan menghasilkan wajah yang paling cocok dengan citra tersebut jika ada. Sedangkan autentikasi wajah (face authentication) digunakan untuk menguji keaslian/kesamaan suatu wajah dengan data wajah yang telah diinputkan sebelumnya. Bidang penelitian yang juga berkaitan dengan pemrosesan wajah adalah lokalisasi wajah (face localization) yaitu pendeteksian wajah namun dengan asumsi hanya ada satu wajah di dalam citra, penjejakan wajah (face tracking) untuk memperkirakan lokasi suatu wajah dalam video secara real time, dan pengenalan ekspresi wajah (facial expression recognition) untuk mengenali kondisi emosi manusia (Yang, 2002).

Pada kasus tertentu seperti pemotretan untuk pembuatan KTP, SIM, dan kartu kredit, citra yang didapatkan umumnya hanya berisi satu wajah dan memiliki latar belakang seragam dan kondisi pencahayaan yang telah diatur sebelumnya sehingga deteksi wajah dapat dilakukan dengan lebih mudah. Namun pada kasus lain sering didapatkan citra yang berisi lebih dari satu wajah, memiliki latar belakang yang bervariasi, kondisi pencahayaan yang tidak tentu, dan ukuran wajah yang bervariasi di dalam citra. Contohnya adalah citra yang diperoleh di bandara, terminal, pintu masuk gedung, dan pusat perbelanjaan. Selain itu juga pada citra yang didapatkan dari foto di media massa atau hasil rekaman video. Pada kasus tersebut pada umumnya wajah yang ada di dalam citra memiliki bentuk latar belakang yang sangat bervariasi.

Penelitian ini akan difokuskan pada masalah pendeteksian wajah. Dengan sistem pendeteksi wajah yang akurat, maka proses selanjutnya yaitu pengenalan wajah dapat dilakukan dengan lebih mudah.

2. PERUMUSAN MASALAH

Masalah deteksi wajah dapat dirumuskan sebagai berikut: dengan masukan berupa sebuah citra digital sembarang, sistem akan mendeteksi apakah ada wajah manusia di dalam citra tersebut, dan jika ada maka sistem akan memberitahu berapa wajah yang ditemukan dan di mana saja lokasi wajah tersebut di dalam citra. Keluaran dari sistem adalah posisi dari subcitra yang berisi wajah yang berhasil dideteksi.

3. BATASAN MASALAH

Pada sistem deteksi wajah ini diberikan pembatasan masalah sebagai berikut:

· Citra masukan yang digunakan adalah hitam putih dengan 256 tingkat keabuan (grayscale).

· Wajah yang akan dideteksi adalah wajah yang menghadap ke depan (frontal), dalam posisi tegak, dan tidak terhalangi sebagian oleh objek lain.

· Metode yang dipakai adalah jaringan syaraf tiruan multi-layer perceptron dengan algoritma pelatihan back-propagation.

4. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian bertujuan untuk membuat suatu desain dan implementasi sistem deteksi wajah dengan masukan berupa citra digital sembarang. Sistem ini akan menghasilkan subcitra yang berisi wajah-wajah yang berhasil dideteksi.

5. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk membangun sistem pemrosesan wajah yang menyeluruh, yang bisa diaplikasikan pada sistem pengenalan wajah atau verifikasi wajah. Program aplikasi yang dibuat juga dapat dijadikan bahan untuk penelitian lebih lanjut di bidang yang berkaitan.

Dengan penyesuaian tertentu, metode yang digunakan mungkin dapat juga dimanfaatkan untuk sistem deteksi objek secara umum yang tidak hanya terbatas pada wajah, misalnya deteksi kendaraan, pejalan kaki, bahan produksi, dan sebagainya.

Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap jaringan syaraf tiruan, dan pengaruh berbagai parameter yang digunakan terhadap unjuk kerja pengklasifikasi jaringan syaraf tiruan.

6. METODE PENELITIAN

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut:

· Melakukan studi kepustakaan terhadap berbagai referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Topik-topik yang akan dikaji antara lain meliputi: pengenalan pola, pengolahan citra digital, pendeteksian objek secara umum, pendeteksian wajah, dan jaringan syaraf tiruan.

· Menyiapkan training data set yang akan digunakan untuk proses pembelajaran dari sistem. Data wajah yang digunakan akan melalui praproses berupa resizing menjadi 20x20 pixel, masking, dan histogram equalization.

· Merancang sistem pendeteksi wajah dengan jaringan syaraf tiruan, kemudian membuat program aplikasinya.

· Melakukan pelatihan pada sistem dengan training data set yang telah disiapkan sebelumnya.

· Melakukan pengujian unjuk kerja sistem. Unjuk kerja pada sistem pendeteksi wajah diukur dengan menghitung detection rate dan false positif rate.

7. JADWAL PENELITIAN

No.

Kegiatan

Bulan / tahun

Okt

03

Nop

03

Des

03

Jan

04

Feb

04

Mar

04

1

Studi Kepustakaan

2

Penulisan Proposal

3

Pengumpulan Data

4

Pembuatan Sistem/Program

5

Pengujian Sistem

6

Penulisan Laporan Akhir

8. DAFTAR PUSTAKA

L. Fausett, 1994, Fundamentals of Neural Networks: Architectures, Algorithms, and Applications, Prentice-Hall Inc., USA.

R.C. Gonzalez, R.E. Woods, 1992, Digital Image Processing, Addison-Wesley Publishing Company, USA.

E. Hjelmas, B.K. Low, 2001, “Face Detection: A Survey”, Computer Vision and Image Understanding. 83, pp. 236-274.

H. Rowley, S. Baluja, T. Kanade, 1998, “Neural Network-Based Face Detection”, IEEE Trans. Pattern Analysis and Machine Intelligence, vol. 20, no. 1.

M.H. Yang, D. Kriegman, N. Ahuja, 2002, “Detecting Faces in Images: A Survey”, IEEE Trans. Pattern Analysis and Machine Intelligence, vol. 24, no. 1.


sumber : www.geocities.com/setyo_n/ContohProposalSkripsi.doc

Contoh Penulisan Skripsi Fakultas Teknik


.

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI PRODI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS BENGKULU

1.

Judul :

Model Pengeringan Ikan Efek Rumah Kaca Dengan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan

2.

Mahasiswa

2.1

Data Pribadi

a.

Nama Lengkap

:

b.

Jenis Kelamin

:

c.

NPM

:

d.

Bidang konsentrasi

:

e.

Pembimbing Akademik

:

f.

IPK tanpa skripsi

:

g.

Bidang Ilmu

:

h.

Alamat Kantor

:

i.

Telepon/Faks/E-mail

:

j.

Alamat Rumah

:

k.

Telepon/Faks/E-mail

:

2.2

Pembimbing Utama

a.

Nama Lengkap

:

3

sks

b.

NIP

:

2

sks

c.

:

2

sks

d.

:

sks

2.3

Pembimbing pembantu

a.

Nama Lengkap

:

Pemodelan Pengeringan Lapis Tipis untuk Produk Pertanian

b.

NIP

:

Perpindahan Massa, Momentum dan Energi Secara Simultan pada

Sistem Pengering

c.

:

d.

:

3.

Lokasi Penelitian

:

Bengkulu

4.

Jangka Waktu Penelitian

:

6 bulan mulai dari sampai

5.

Pembiayaan

:

Biaya diajukan ke Dikti

Biaya dari Instansi Lain

- Biaya Tahun ke-1

Rp. 50.000.000,-

Rp. 0

- Biaya Tahun ke-2

Rp. 50.000.000,-

Rp. 0

Rp. 100.000.000,-

Rp. 0

Mengetahui,

Bengkulu, 12 Mei 2008

Pembimbing kedua

Pembimbing Utama

Mahasiswa,

Dr. Ir. Muhamad Syaiful, MS

Dr. Ir. Muhamad Syaiful, MS

NIP. 131688810

NPM

Menyetujui,

Ketua Prodi Teknik Elektro

Universitas Bengkulu

Novalio Daratha

NIP. 132303387
















TEKNIK ELEKTRO

USULAN SKRIPSI




MODEL PENGERINGAN IKAN EFEK RUMAH KACA DENGAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN

Dibuat sebagai prasyarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Teknik di bidang Teknik Elektro

Oleh:

Nama Mahasiswa

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU

MEI 2009

I. IDENTITAS SKRIPSI

1. Judul Penelitian : Model Pengeringan Ikan Efek Rumah Kaca

Dengan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan

2. Ketua Peneliti :

a) Nama Lengkap : Dr. Ir. Muhamad Syaiful, MS

b) NPM : Teknik Kimia

c) Pembimbing Akademik : Dosen

d) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

e) Unit Kerja : Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

f) Alamat Surat : Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu

38371 A

g) Nomor Telepon/HP : 0736-344087 / 081311118695

h) Email : Syaiful-pavm@yahoo.com

3. Pembimbing Skripsi :

No.

Nama dan Gelar Akademik

NIP

Alokasi Waktu (jam/minggu)

1

15

2

10

3

10

4. Obyek Penelitian :

Subyek Penelitian

Aspek Penelitian

a. Alat Pengeringan Hasil Rancangan

b. Energi Surya, Biomasa dan Angin

c. Ikan

Aspek penelitian yang dilakukan adalah rancangan alat pengering efek rumah kaca menggunakan sumber energi terbarukan, yitu surya, biomasa dan angin. Selama proses pengeringan berlangsung, parameter pengeringan yang berpengaruh diamati guna mendapatkan produk ikan kering yang berkualitas prima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menentukan parameter pengeringan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi sehingga dapat dibuat rancang bangun alat penegring skala komersial.

5. Masa Pelaksanaan Penelitian :

Mulai : Januari Tahun 2009

Berakhir : April 2010

6. Lokasi Penelitian :

8. Hasil yang ditargetkan :

Pelaksanaan kegiatan

Kegiatan

Hasil Yang Ditargetkan

9. Instansi Lain Yang Terlibat : -----

10. Keterangan Lain Yang Dianggap Perlu


ABSTRAK

Pengeringan bahan pangan umumnya bertujuan untuk mengawetkan bahan yang mudah rusak sehingga mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan. Tujuan lainnya adalah mengurangi biaya dan memudahkan pengemasan, penanganan, penyimpanan dan transportasi dengan berkurangnya berat dan volume bahan serta untuk memperoleh cita rasa yang khas. Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air, cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan, sehingga kecepatan uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air di udara.

Guna meningkatkan performansi alat pengering yang lebih baik, diupayakan rancangan alat pengering yang optimal dengan menggunakan sumber energi terbarukan.. Pada setiap rak pengering dipergunakan 2 buah kipas yang berfungsi sebagai pengaduk. Kipas-kipas ini diletakan pada bagian depan dan belakang diatas rak pengering dan digerakan oleh tenaga angin melalui suatu poros yang dihubungkan pada savornius. Dengan cara ini diharapkan sirkulasi udara pengering akan lebih merata dan seluruh udara pengering dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan, sehingga akan lebih meningkatkan efisiensi pengering.

Sedangkan untuk mendapatkan suhu udara pengering yang lebih tinggi, lantai bangunan dibuat dari plat hitam agar penyerapan iradiasi surya dapat lebih banyak disamping itu juga diberikan tambahan energi panas dari tungku biomassa yang energi panasnya dialirkan melalui lantai bangunan penegring yang dilengkapi dengan kipas isap udara yang digerakkan oleh savornius. Udara yang mengandung uap air dari bahan yang dikeringkan dikeluarkan melalui lubang pengeluaran pada bagian atas bangunan penering.

Untuk mengatasi hawa panas yang ada dalam ruang pengeringan pada saat orang mengeluarkan produk (rak), maka pada setiap sisi kiri dan kanan sepanjang bangunan dibuat jendela-jendela sehingga setiap rak dapat dikeluarkan atau dimasukkan melalui jendela ini. Jendela ini dibuat sedemikian rupa agar tidak ada udara panas yang hilang.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri pengolahan ikan kering dapat ditinjau sebagai suatu sistem produksi, yang mengubah masukan-masukan menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Masukan-masukan kedalam sistem produksi ini adalah bahan baku (ikan), tenaga kerja, modal, energi dan informasi.

Mengingat sifat komoditas ikan adalah tidak terlalu kuat, sehingga tidak memungkinkan untuk menumpuk bahan baku muda terjadinya pembusukan (perishable), sering bersifat musiman, maka konsistensinya secara tidak terbatas. Oleh karena itu, begitu ikan ditangkap memerlukan teknik penanganan (handling) dan pengolahan (processing) yang baik. Teknologi penanganan dan pengolahan ikan harus dimulai sejak penangkapan ikan hingga pemasaran kepada konsumen. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk ikan dan juga akan meningkatkan nilai tambah.

Pengeringan bahan pangan umumnya bertujuan untuk mengawetkan bahan yang mudah rusak sehingga mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan. Tujuan lainnya adalah mengurangi biaya dan memudahkan pengemasan, penanganan, penyimpanan dan transportasi dengan berkurangnya berat dan volume bahan serta untuk memperoleh cita rasa yang khas. Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air, cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan, sehingga uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dari suatu bahan pangan adalah sifat fisik dan kimia bahan, pengaturan geometris bahan dalam alat pengering, sifat fisik lingkungan dan karakteristik alat pengering. Sifat fisik dan kimia bahan meliputi bentuk, ukuran, komposisi dan kadar airnya.

Pengaturan geometris bahan berhubungan dengan permukaan alat atau media pemindah panas, sedangkan sifat fisik lingkungan dan karakteristik pengering meliputi suhu, kelembaban, kecepatan udara dan efisiensi perpindahan panas. Pengeringan sebagai salah satu bagian dari penanganan pasca panen yang merupakan proses untuk meningkatkan karakteristik fisik bahan hasil pertanian maupun perikanan. Peningkatan karakteristik fisik bahan diperlukan untuk meningkatkan mutu. Oleh karena itu mutu dari proses pengeringan menjadi penting bila dikaitkan dengan peningkatan mutu hasil penanganan pasca panen.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap system pengering ikan dengan menggunakan kombinasi energi surya, angin dan biomassa. Dalam kajian dilakukan analisa mendalam terhadap masing-masing unit kondisi operasi energi surya, angin dan biomassa.

Secara keseluruhan kajian dalam penelitian ini meliputi :

1. Menghasilkan rancang bangun proses termal berupa rancangan alat pengering sistem kombinasi energi surya, angin dan biomassa dalam upaya penggunakan energi terbarukan.

2. Pengujian penggunaan alat pengering sistem kombinasi energi surya, angin dan

biomassa untuk mendapatkan unjuk kerja alat pengering skala laboratorium

3. Mendapatkan dimensi komponen system pengering yang optimal dengan

menggunakan teknik pemodelan matematika, simulasi dan optimasi

1.3. Urgensi/Keutamaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam proses pengeringan

yaitu penurunan kualitas seperti distribusi kadar air yang besar, kerusakan akibat jamur atau perubahan biokimia yang tidak diinginkan. Bila distribusi aliran udara tidak merata atau seragam akan menyebabkan laju pengeringan bahan juga tidak merata.

Dari penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dikaji sistem pengering yang menggunakan energi terbarukan yaitu energi surya, biomassa dan angin. Proses rancang bangun sistem pengeringan yang tepat, sangat membantu mengurangi masalah yang timbul pada saat sistem beroperasi, termasuk distribusi udara pengering. Alternatif yang dapat dipilih untuk membuat distribusi udara yang merata adalah geometri dari alat pengering yang dilengkapi dengan fan (kipas) sebagai alat pendistribusi aliran udara pada setiap rak yang ada dalam sistem pengering (tipe rak).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Prinsip Dasar Pengeringan

Pengeringan adalah operasi rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa secara transient serta beberapa laju proses, seperti tranportasi fisik atau kimia, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme perpindahan panas dan massa. Perubahan fisik yang mungkin dapat terjadi meliputi: pengkerutan, penggumpalan, kristalisasi dan transisi gelas.

Pada pengeringan produk bahan makanan merupakan suatu upaya memindahkan kandungan air dengan penerapan panas dan secara praktis dikatakan sebagai upaya untuk menjaga kualitas suatu produk selama penyimpanan, untuk menekan bakteri dan jamur dan perkembang biakan insekta.

Pengeringan terjadi melalui penguapan cairan dengan pemberian panas ke bahan basah yang akan dikeringkan. Sebagai sumber panas pada proses pengeringan dapat disediakan melalui konveksi (pengering langsung), konduksi (pengering sentuh atau tak langsung) dan radiasi. Seluruh cara pengeringan , kecuali dielektrik, menyediakan panas pada objek yang dikeringkan sehingga panas harus berdifusi ke dalam padatan dengan cara konduksi. Cairan harus bergerak ke batas bahan sebelum diangkut keluar oleh udara pembawa.

2. Proses Pengeringkan Ikan

Industri pengolahan ikan kering dapat ditinjau sebagai suatu sistem produksi, yang mengubah masukan-masukan menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Masukan-masukan kedalam sistem produksi ini adalah bahan baku (ikan), tenaga kerja, modal, energi dan informasi.

Mengingat sifat komoditas ikan adalah muda terjadinya pembusukan (perishable), sering bersifat musiman, maka konsistensinya tidak terlalu kuat, sehingga tidak memungkinkan untuk menumpuk bahan baku secara tidak terbatas.

Oleh karena itu, begitu ikan ditangkap memerlukan teknik penanganan (handling) dan pengolahan (processing) yang baik. Teknologi penanganan dan pengolahan ikan harus dimulai sejak penangkapan ikan hingga pemasaran kepada konsumen. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk ikan dan juga nilai tambah.

Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan penguapan melalui penggunaan energi panas. Kandungan air tersebut dikurangi sampai batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Pengeringan ikan umumnya bertujuan untuk mengawetkan bahan yang mudah rusak sehingga mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan. Tujuan lainnya adalah mengurangi biaya dan memudahkan pengemasan, penanganan, penyimpanan dan transportasi dengan berkurangnya berat dan volume bahan serta untuk memperoleh cita rasa yang khas.

Proses pengeringan ikan terjadi melalui penguapan air, cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan, sehingga uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dari suatu bahan pangan adalah sifat fisik dan kimia bahan, pengaturan geometris bahan dalam alat pengering, sifat fisik lingkungan dan karakteristik alat pengering. Sifat fisik dan kimia bahan meliputi bentuk, ukuran, komposisi dan kadar airnya. Pengaturan geometris bahan berhubungan dengan permukaan alat atau media pemindah panas, sedangkan sifat fisik lingkungan dan karakteristik pengering meliputi suhu, kelembaban, kecepatan udara dan efisiensi perpindahan panas.

Carpio dan Prabu di dalam Kamaruddin (2002) menyatakan bahwa laju aliran udara pada proses pengeringan ikan berkisar antara 1,5 – 2 m/dtk. Pada beberapa kasus di Philipina diperoleh hasil yang relatife baik dengan kecepatan udara 0,8 – 2,9 m/dtk. Dimana suhu udara pengeringan direkomendasikan pada kisaran 40 – 50 OC. Sedangkan RH berkisar antara 50 – 60 %.

3. Pengeringan Dengan Energi Surya

Alat pengeringan dengan menggunakan energi surya, dilakukan dengan cara mengumpulkan energi surya dan mengkonversikannya menjadi energi panas. Pada dasarnya ada beberapa cara mengumpulkan dan konversi energi surya dalam penerapan pengeringan.

Adapun cara-cara tersebut antara lain, secara tradisional dimana bahan yang akan dikeringkan diletakkan dalam satu wadah yang dihamparkan diatas permukaan tanah di alam terbuka yang dapat disinari surya secara langsung.

Keadaan pengeringan yang demikian, menyebabkan berbagai kerugian, diantaranya kehilangan energi panas sangat besar, bahan yang dikeringkan tidak dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan cara lain yaitu dengan meletakkan bahan pada suatu wadah yang dimasukkan ke dalam suatu bangunan tertutup yang sekaligus berfungsi sebagai penyerap energi panas (absorber). Cara ini merupakan salah satu cara pengumpulan energi surya yang relative baik, dengan kehilangan panas relative kecil. Panas yang diterima, dikonversikan secara efektif dan terperangkap dalam bangunan tersebut sehingga pendistribusian panas dalam ruang pengering melalui mekanisme pindah panas dapat lebih efektif. Dengan demikian kehilangan panas ke lingkungan selama proses pengeringan dapat diminimalisir.

Iradiasi energi surya yang diterima dan fluktuasinya pada proses pengeringan merupakan karakteristik energi surya yang tergantung pada keadaan cuaca pada setiap lokasi. Total iradiasi energi surya harian (Ih) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan integral simpson berikut ini :

Ih = (Δt/3) [Ii + If + (4 SIgn) + (2 SIgl)] …………………………………………(1)

4. Pengeringan Dengan Energi Biomassa

Pada dasarnya sumber energi biomassa dapat digunakan dari berbagai bahan baku, baik itu bahan dari hasil limbah atau bahan-bahan yang dikhususkan sebagai bahan biomassa. Pembakaran langsung bahan biomassa merupakan suatu cara mengkonversi energi biomassa menjadi energi panas, energi panas yang diperoleh dalam proses pembakaran diukur sebagai nilai kalori. Jenis bahan biomassa yang sudah digunakan sebagai sumber energi panas tertera pada Tabel 2. Nilai kalori actual dari bahan biomassa tergantung pada kadar air dan kadar abu serta sifat fisik dari bahan.

Tabel 2. Jenis bahan biomassa, kadar air dan nilai kalor

Bahan Biomassa

Kadar Air

(%)

Nilai Kalor

(MJ/kg)

Bubuk kayu (papan)

8

17,5

Bubuk kayu padat

12

16,6

Serbuk gergaji (papan)

10

17,6

Serbuk gergaji kayu padat

15

15,9

Serutan kayu ( shaving)

15

15,9

Kepingan kayu (wood chip)

15

15,9

Balak kering udara

20

15,3

Balak basah

60

10,7

Kulit kayu

60

10,5

Sumber : Philip, 1980 didalam Budiman.N (1990)

Pembakaran biomassa dapat berlangsung dengan baik, dipengaruhi beberapa hal, antara lain bentuk tungku, kemudahan kontak oksigen dengan partikel karbon pada bahan bakar, kelancaran pembuangan gas hasil pembakaran. Pada dasarnya pembakaran biomassa merupakan reaksi kimia dari udara luar dengan unsure-unsur yang terdapat dalam ruang pembakaran dan dalam bahan bakar biomassa tersebut. Semakin besar kandungan karbon atau zat arang dalam bahan bakar biomassa per satuan bobotnya, maka semakin besar energi panas yang dapat dihasilkan untuk proses pengeringan berbagai produk.

IV. METODA PENELITIAN

1. Sistem Pengering Yang Diusulkan

Pada penelitian ini, sistem alat pengering yang diusulkan efek rumah kaca (ERK) dengan menggunakan kombinasi energi surya, angin dan biomassa. Alat pengering yang diusulkan seperti terlihat pada Gambar 1.

Guna meningkatkan performansi pengeringan yang lebih baik, dilakukan rancang bangun alat pengering ERK untuk lebih meningkatkan distribusi aliran udara panas dalam ruang pengering agar lebih merata pada setiap rak pengering, dipergunakan 2 buah kipas yang berfungsi sebagai pengaduk. Kipas-kipas ini diletakan pada bagian depan dan belakang diatas rak pengering dan digerakan oleh tenaga angin melalui suatu poros yang dihubungkan pada savornius. Dengan cara ini diharapkan sirkulasi udara pengering akan lebih merata dan seluruh udara pengering dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan, sehingga akan lebih meningkatkan efisiensi pengering.

Tungku biomassa dirancang sedemikian rupa agar asap pembakaran tidak masuk ke dalam ruang pengering, yang diatasnya terdapat silinder udara yang dilengkapi dengan kipas isap udara yang digerakkan oleh savornius.

Sedangkan untuk mendapatkan suhu udara pengering yang lebih tinggi, lantai bangunan dibuat dari plat hitam agar penyerapan iradiasi surya dapat lebih banyak disamping itu juga diberikan tambahan energi panas dari tungku biomassa yang energi panasnya dialirkan melalui lantai bangunan penegring yang dilengkapi dengan kipas isap udara yang digerakkan oleh savornius.

Udara yang mengandung uap air dari bahan yang dikeringkan dikeluarkan melalui lubang pengeluaran pada bagian atas bangunan pengering.

Untuk mengatasi hawa panas yang ada dalam ruang pengeringan pada saat orang mengeluarkan produk (rak), maka pada setiap sisi kiri dan kanan sepanjang bangunan dibuat jendela-jendela sehingga setiap rak dapat dikeluarkan atau dimasukkan melalui jendela ini. Jendela ini dibuat sedemikian rupa agar tidak ada udara panas yang hilang.

Gambar 1. Skema rancangan bangunan pengering kombinasi energi surya,

angin dan biomassa

2. Pemodelan Distribusi Kondisi Udara

Pemodelan distribusional berfungsi untuk melihat penyebaran panas berdasarkan distribusi suhu dan aliran udara di dalam ruang pengering. Model matematis dalam simulasi menggunakan persamaan keseimbangan energi, massa dan momentum (Navier-Stokes). Udara digambarkan dalam persamaan diferensial, sebagai fluida Newtonion dalam koordinat Cartesian dan dipecahkan menggunakan analisa numerik dengan formulasi finite volume.

3. Tahapan Simulasi

3.1. Pendefinisian boundary condition dan initial condition berdasarkan bentuk

saluran dalam ruang pengering yang digambarkan dalam koordinat Cartesian

dengan sumbu terletak pada kiri dalam bawah, dengan dimensi :

panjang arah x, tinggi arah y dan lebar arah z.

Demikian pula dengan suhu dalam arah x, y dan z dalam tx, ty dan tz

Kondisi batas dinyatakan sebagai berikut :

- Kecepatan udara pada semua dinding dan atap pengering pada arah x, y dan z

adalah 0

- Kecepatan udara pada dinding rak pengering arah x, y dan z adalah 0

- Kecepatan udara pada kipas besarnya ditentukan berdasarkan kebutuhan

udara untuk menghilangkan uap air dari sejumlah massa bahan.

- Suhu udara pengering disemua dinding dan atap pengering pada arah x, y,

dan z sama dengan suhu lingkungan Ta.

3.2. Asumsi yang digunakan

- Bilangan Prandtl udara konstan (panas jenis, konduktivitas dan viskositas

udara konstan).

- Aliran udara pada penampang kipas mempunyai kecepatan yang seragam.

- Udara bergerak dalam kondisi steady

3.3. Persamaan atur yang berkaitan dengan dinamika fluida meliputi persamaan

atur kontinuitas, konservasi momentum, energi dan uap air.

Model persamaan matematis yang diperoleh dipecahkan dengan cara analisa numeric menggunakan bantuan software MS Exell dan Computation Fluid Dynamics (CFD), (Fluent 6.1 dan Gambit 5.1).

4. Model Persamaan Atur Dalam Alat Pengering

Model Persamaan atur yang digunakan pada sistem pengeringan ini adalah :

4.1. Keseimbangan Energi Plat Penyerap

Plat penyerap (absorber) menerima iradiasi surya yang diteruskan atap dan dinding bangunan alat pengering. Perpindahan panas yang terjadi adalah pindah panas radiasi dan konveksi. Bentuk persamaan keseimbangan energi yang terjadi adalah :

(m Cp)pdTp/dt = ta Idt.Ap – hi Ap.(Tp –Tr) – ho Ap (Tr – Ta) ………….........(2)

Idt = I.((1+cosb)/2) ……………………………………………….…..………(3)

4.2. Keseimbangan Energi Dalam Ruang Pengering

(m Cp)r dTr/dt = mu Cp (Ta– Tr) + hi Ap.(Tp –Tr) – U Ad (Tr – Ta)

Wd (dM/dt)ΔHfg ……………………………….……..…(4)

4.3. Keseimbangan Energi Untuk Produk

(m Cp)pr dTpr/dt = hpr Apr (Tr – Tpr) – Mpr ΔHfg ………………….……….....(5)

4.4. Suhu Udara Lingkungan

Ta(t) = 4 sin (p t/8) + 28 ……………………………….…………………….(6)

4.5. Keseibangan Energi Pada Tungku Biomassa

Qbm = η (dMmb/dt) Hbm ...……….…………………….…………………….(7)

Gambar 4 Blok diagram prinsip operasi alat pengering yang digunakan

IV. JADWAL PELAKSANAAN

KEGIATAN

Bulan ke-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

A. Persiapan Penelitian

1

Pertemuan awal tim

2

Menetapkan rencana kerja

3

Pengurusan izin penelitian

4

Persiapan pembuatan alat penegring

5

Persiapan bahan adan alat ukur

B. Pelaksanaan Penelitian

1

Persiapan bahan penelitian (Ikan)

2

Perumusan kriteria desain alat penegring

3

Pembuatan alat uji pengering efek rumah kaca

4

Analisa spesifikasi awal

5

Persiapan pengujian

6

Pengujian fungsional alat uji dan modifikasi yang diperlukan

7

Persiapan perangkaian alat pengering

9

Pengujian

11

Pengumpulan data

12

Analisis dan Pengolahan data

C. Penyusunan Laporan

1

Penyusunan draft untuk laporan penelitian

2

Pembuatan laporan

3

Seminar & Publikasi

4

Jilid dan penggandaan

DAFTAR PUSTAKA

Bala B.K. and M.R.A. Mondol. 1999. Experimental Investigation on Solar Drying of

Fish Using Solar Tunnel Drier. Proceedings of First Asian-Australian Dring

Conference. Bali

Bird, R.B., W.E. Stewart dan E.N. Lightfoot. 1960. Transport Phenomena. Jhon Wiley

& Sons, Inc. New York

Carslow, H.S. and J.C. Jaeger. 1971. Conduction of Heat and Solid. Oxford At

the Clarendon Press.

Devahastin. S. 2000. Mujumdar’s Practical Guide to Industrial Drying. Exergex

Corporation 3795 Navarre, Brossard, Quebec, Canada.

Dyah. W. 1997. Analisa Pengeringan pada Alat Pengering Kopi Efek Rumah Kaca

Berenergi Surya. Thesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Kamaruddin A, A.H. Tambunan, Thamrin, F. Wenur dan Dyah. M. 1994. Optimasi

Dalam Perencanaan Alat Pengering Hasil Pertanian dengan Energi Surya. Laporan

Penelitian Hibah Bersaing. Bogor

Kamaruddin. A. 2002. Fish Drying Using Solar Energy. Regional Workshop On

Dring Technology 22nd – 26nd April 2002. Bangkok.

Lunde. P.J. 1980. Solar Thermal Engineering Space Heating and Hot Water

Syistems. John Wiley and Sons, New York.

Mursalim. 1995. Uji Performansi Sistem Pengeringan Energi Surya dan Tungku

Batubara Dengan Bangunan Tembus Cahaya sebagai Pembangkit Panas untuk

Pengeringan Vanili. Fateta IPB. Bogor.

Nelwan, L.O. 1997. Pengeringan Kakao dengan Energi Surya Menggunakan rak

Pengering Dengan Kolektor Tipe Efek Rumah Kaca. Thesis. Program

Pascasarjana IPB. Bogor

Perry. R.H. and W.C. Chilton. 1973. Chemical Engineers Handbook. fifth edition

McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Tokyo

Tarigan, A.S. 1999. Uji Kinerja Rumah Kaca Pengering dengan Bantuan Sel Surya

Sebagai Penggerak Kipas. Fateta IPB. Bogor.

Treybal, R.E. 1981. Mass Transfer Operation. Third edition. McGraw-Hill Book

Company. Japan.

Versteeg. H.K. and W. Malalasekera. 1995. An Introduction to Computational

Fluid Dynamics The Finite Volume Method. Longman Sc & Technical. Malaysia.

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Umum

1.

Nama

:

2

Alamat Kantor

:

Alamat Rumah

:

3

Tempat/Tanggal Lahir

:

4

Jenis Kelamin

:

5.

Agama

:

6

Status

:

7

Pekerjaan/Jabatan

:

8

Bidang Keahlian

:

9.

Hobby

:

B. Riwaya Pendidikan dan Karir

B.1. Pendidikan

Pendidikan

Tempat

Jurusan

Tahun Lulus/Ijazah

SD

SMP

SMA

B.2. Pekerjaan

No.

Tempat Pekerjaan

Tahun

1.

2.

C. Daftar Nilai Mata Kuliah yang berhubungan erat dengan tema penelitian

Mata Kuliah

Semester

Nilai*

* Jika mengulang, tuliskan setiap nilai yang pernah diperoleh

D. Keterlibatan sebagai asisten praktikum

No.

Judul Praktikum

Tahun

Angkatan Mahasiswa yang dilayani

1

2.

E. Keterlibatan dalam masyarakat

1. Proses Penjernian Air dengan Menggunakan Biji Kelor di Desa Rawa Makmur,

Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu (1999).

F. Karya Ilmiah

1

Bengkulu, 12 Mei 2008

Nama Mahasiswa

NPM


Lampiran 2 : Transkrip Nilai Sementara


Lampiran 3: Bukti selesai praktikum


Lampiran 4 : Bukti selesai KP


Lampiran 5: Bukti Selesai KKN




sumber : www.te.ft.unib.ac.id/wp-content/.../contoh-proposal-skripsi-te.doc